Bismillah
Lucu sekali saat aku meliat tetanggaku yang masih anak-anak, kemudian tak baca status-statusnya difacebook itu halah-hala pokoknya aku sampai kalah. Masa anak-anak masih sekelas SMP, SMA statusnya itu " Kapan aq bz menemukan cinta sejati aq", "Aku milikmu seutuhnya", "Aku kan mencintaimu selamanya","Kita akan seidup semati". Yah dan masih banyak lagi sebenernya kata-kata yang membuat aku geli. Kalau aku yang baca pasti terus tak komeni "Wah mesthi bar kegombalan boyo terus klepeg-kelepeg koyok lele bar diubeg", "Kakeyan nonton sinetron Indonesia kowe mesthi"(Tapi gak selalu gitu ding pokoke intine sekitar itu).
Belum lagi cerita-cerita yang aku dengar mengenai apa yang pernah dilakukan saat dia pacaran. Saat status di KaTePenya sudah berubah (namun bukan berubah menjadi menikah, tetapi berpacaran) Seperti sala satu gombal diatas dia seolah telah menjadi milik pacarnya yang seutuhnya sudah tak peduli apapun yang dilakukan. Bahkan kadang akuendengar cerita mengenai yang dilakukan saat pacaran itu sudah jauh masuk pada hal-hal yang seharusnya hanya diperole oleh suami atau istrinya saja.
Dan mala yang lebi unik lagi bagi yang suda pinter ilmu agama, terkadang juga terjebak dalam hal yang sama, cuman banyak yang tak menyadarinya. Karena sudah pinter ilmu agama akhirnya saat ada kasus yang serupa, ada yang tanya, "Akh antum kok sepertinya sering memperhatikan ukhti fulanah ya..." Karena sudah pinter agama dijawabnya dengan mudah, "Saya sedang Nadhor" Wah yen aku sing tekok mesthi terus mbatin "Nador kok terus-terusan, gek mben dino sisan". Dan yang biasanya aku sering gak suka itu akir-akir ini sering sekali aku denger nasyid dengan lirik-lirik yang bermakna ganda. Saat aku protes mesti jawabannya "Ahh semua itu tergantung niatnya kan akh..", padahal aku sangat menyayangkan ada beberapa orang yang terjebak dengan kata-kata bermakna ganda tersebut menjadi makna yang bisa berbahaya.
Namun Alamdulillah sampai saat ini Allah masih memberikan kesempatan kepadaku untuk bisa terbebas dari dunia pacaran dsb, Semoga tetep istiqomah. dann mungkin inilah beberapa alasanku mengapa aku memilih untuk tidak pacaran.
Alasan pertama dan yang utama, adalah raasia sih sebenere. Tapi gak apa-apalah, karena semoga tidak ada yang tau identitas saya (heehe). Hal yang membuat aku terindar dari pacaran adalah hal yang sebenernya dulu aku benci sebenernya, Aku tidak PD dengan penampilanku, aku cenderung asal-asalan, sehingga aku tak habis pikir untuk pacaran. Paling-paling kalau aku pengen pacaran juga gak bakalan ada yang mau denganku. Ditambah aku berasal dari keluarga pas-pasan, nanti kalau aku pacaran dan pacarku ngajak makan-makan terus aku gak punya uang gimana ya.... Yah hal yang konyol, namun Alhamdulillah malah itu yang menyelamatkanku.
Setelah itu aku mencoba mencari pembenaran mengenai hal yang kulakukan. Kebetulan yah aku sithik-sitik mudhenga agama lah. Akhirnya aku punya kata-kata yang lumayan bagus untuk membela diri, "Laa Taqrobu Zina". Dulu kata itu aku pahami hanya untuk zina dalam ukuran besar saja, namun dari kakak-kakakku menjelaskan bahwasanya zina itu ada bermacam-macam bukan hanya yang itu saja, melainkan ada juga zina mata, dan ada beberapa lagi sebenere tapi aku lali. Nah, saat orang berpacaran itu akan memupuk semua jalan untuk berzina. Meskipun masih jauh dari zina yang farj, namun biasanya akan mulai menghalalkan cabang-cabang zina kecil-kecil yang lain. Mungkin awalnya mereka punya batasan yang jelas mengenai SOP pacarannya, namun biasanya setan secara pelan-pelan menggerogoti iman, sehingga pelakunya tidak akan merasa.
Dan saat aku di kosan, aku mendengar cerita oang yang sealiran dengaku, cuman bedanya jaringannya dengan akhwat-akhwat lebih kuat. Dulu dia berkenalan dengan seorang perempuan dimana.. gitu aku lupa pokoknya. Terus saat ngobrol pertama dipancing-oancing pembicaraanya akhirnya muncul pertanyaan, "Dik kowe wes nduwe pacar?" dan ternyata jawabannya sudah. Dan akhirnya pembicaraanpun dilanjutkan sampai cerita-ceritanya bahwa perempuan tersebut seembunyi-sembunyi dari orang tuanya saat pacaran, dan hal-hal yang dilakukannya dengan pacarnya. Dan ternyata pada klimaksnya apa yang dikatakan temenku tadi..... Putuskan saja pacarmu itu (namun bukan diteruskan dengan mendhing karo aku wae) Opo kurang kasih sayang dari orang tuamu itu. Mereka yang membesarkanmu dari kecil, masa kamu tega membohonginya hanya demi pacarmu sing halah lagi kapan kowe kenal (dan bla bla bla bla panjang lebar tinggi) Akirnya saat ketemu lagi dia bercerita bahwa diaa sudah memtuskan pacarnya. Jadi intinya point kedua ini masih ada kasih sayang orang tua yang jauh lebih besar tercurahkan kepada kita , apakah itua akan dikalahkan dengan kasih sayang pacar sing mblegedes.
Dan dulu aku juga sempet denger temenku juga habis baca buku gitu rodok kemaki jane aku yo ra seneng pas krungu. Dalam difup itu ada dua pilihan yang pertama menikai orang yang kita cintai yang kedua mencintai orang yang kita nikahi. kalau yang pertama itu hanya kemungkinan, sedangkan yang kedua itu adalah kewajiban. Dulu saat ada temenku yang bikin status dan aku komeni "Halah mesthi kowe bar digombali cowok terus klepegklepeg" malah ngajak chating, katanya dia pengen mencari calon pasangan hidupnya untuk menikah, Saat ini dicari sifat-sifat dari orang yang dia suka untuk selanjutnya biar bisa dipahami. Inti pembicaraan kita seperti itu. Cuman aku gak enak arep ngomong langsung soale mesthi lagi drop bar kegombalan, akhire yo gur tak batin tok "Emange kowe wes yakin kuwi jodhomu". Kenapa orang-orang zaman sekarang itu mala suka menyibukkan diri dengan hal-hal yang belum pasti. Padahal ada kewajiban yang menanti. Kalau menurutku gak pentinglah memikirkan siapa calon kita, namun yang lebih penting adalah memikirkan bagaimana cara kita menerima kekurangan pasangan kita kelak.
O iya ini kata-kata yang sering diplesetkan menjadi tidak baik, Katanya "Karena cinta itu memang fitrah manusia","Cinta itu bla bla bla". biasanya dikemas dalam bahasa yang seislami mungkin sehingga sering sekali itu menjebak temen-temen muslimku. Orang-orang yang lumayan pinter agamapun terkadang juga bisa terjebak oleh kata-kata semacam itu. Memang untuk semua orang normal akan merasakan yang namanya cinta, sama halnya dengan buah mangga itu akan terasa nikmat kalau dimakan saat suda masak, begitu pula dengan cinta akan terasa indah jika sudah saatnya. Dan saat ini yang harus kita lakukan adalah menjaga cinta ini untuk kelak dinikmati pada saatnya.
Jujur saya sendiri juga sering ada ketertarikan dengan lawan jenis, saya tidak tahu yang saya lakukan itu benar atau tidak. Mohon koreksi kalau salah. Saya biasanya kalau sedang tertarik kepada seorang wanita bisany saya tidak tahu tiba-tiba aku mendapatkan informasi mengenai dirinya (sebenere juga mencari, namun karena cinta jadi gak terasa). Dari situ aku akan menemukan mengapa aku mencintainya, lalu aku pilih hal-hal yang kau rasa baik. Dan dari situ akhirnya aku belajar bagaimana agar aku bisa menjadi seperti "Dia" Karena Alla telah menjanjikan bahwa orang yang baik akan mendapatkan orang yang baik pula dan orang yang.... (aku gak apal isinie). Pokoknya kalau aku mencerna kata-kata tersebut, pasangan yang pantas untukmu ya orang yang sepertimu pula. Sehingga aku gunakan itu untuk memotivasi diri agar bisa menjadi orang yang mempunya sifat-sifat seperti yang aku inginkan. Kalau toh dia tidak menjadi pasanganku yang penting aku mendapatkan orang yang aku harapkan. Dan kalau perasaan itu masih bisa menjadi motiwasi yah sesekali aku akan menemuinya untuk belajar lebih dalam lagi mengenai kelebihannya, kalau nafsu mulai menguasai diriku aku pili menjauhinya saja. Mohon koreksinya.
Dan saat aku melamunkan pasca pernikahan, terbayang olehku, gimana ya jika tiba-tiba pasanganku berkata kepadaku,"Mas, sebenernya dulu aku pernah di .....kan oleh pacarku kie mas", Atau bahkan yang mungkin yang lebih, "Mas pacarku dulu lebih romantis dari kamu". Atau apa saja lah yang intinya dulu suda pernah melakukan ubungan-hubungan yang lebih dangan pacarnya. Aku bayangkan betapa hancur hatiku mendengar cerita engakau bersamanya saat itu pastu ku harus mencoba tuk tabah menghadapinya. Coba bayangkan akan seperti apakah diri kita nanti mendengar cerita itu. padahal tidak mungkin kan ketika kita mau nika lalu bertanya "Apakah kamu pernah pacaran? Apakah kamu sering bersentuhan dengan pacarmu? Apakah kamu pernah mencium orang lain?" Tidak mungkin kan kata-kata itu ditanyakan. Hal yang menurutku terbaik untuk dilakukan adalah daru tafsiran ayat di alinea sebelum ini, semoga juga berlaku. Aku tak tau enta nanti seperti apa pasanganku, yang jelas suda ditentukan Allah. Namun aku berharap aku bisa menjadi yang pertama untuknya, belum ada orang lain sebelumku. Maka akupun juga berupaya menjaga diri dan mempersembakan yang terbaik untuk calon pasanganku dengan begitu aku berarap mendapatkan yang serupa darinya. Dan mengenai hasilnya bagaimana.... Allah yang berhak menentukannya.
Lucu sekali saat aku meliat tetanggaku yang masih anak-anak, kemudian tak baca status-statusnya difacebook itu halah-hala pokoknya aku sampai kalah. Masa anak-anak masih sekelas SMP, SMA statusnya itu " Kapan aq bz menemukan cinta sejati aq", "Aku milikmu seutuhnya", "Aku kan mencintaimu selamanya","Kita akan seidup semati". Yah dan masih banyak lagi sebenernya kata-kata yang membuat aku geli. Kalau aku yang baca pasti terus tak komeni "Wah mesthi bar kegombalan boyo terus klepeg-kelepeg koyok lele bar diubeg", "Kakeyan nonton sinetron Indonesia kowe mesthi"(Tapi gak selalu gitu ding pokoke intine sekitar itu).
Belum lagi cerita-cerita yang aku dengar mengenai apa yang pernah dilakukan saat dia pacaran. Saat status di KaTePenya sudah berubah (namun bukan berubah menjadi menikah, tetapi berpacaran) Seperti sala satu gombal diatas dia seolah telah menjadi milik pacarnya yang seutuhnya sudah tak peduli apapun yang dilakukan. Bahkan kadang akuendengar cerita mengenai yang dilakukan saat pacaran itu sudah jauh masuk pada hal-hal yang seharusnya hanya diperole oleh suami atau istrinya saja.
Dan mala yang lebi unik lagi bagi yang suda pinter ilmu agama, terkadang juga terjebak dalam hal yang sama, cuman banyak yang tak menyadarinya. Karena sudah pinter ilmu agama akhirnya saat ada kasus yang serupa, ada yang tanya, "Akh antum kok sepertinya sering memperhatikan ukhti fulanah ya..." Karena sudah pinter agama dijawabnya dengan mudah, "Saya sedang Nadhor" Wah yen aku sing tekok mesthi terus mbatin "Nador kok terus-terusan, gek mben dino sisan". Dan yang biasanya aku sering gak suka itu akir-akir ini sering sekali aku denger nasyid dengan lirik-lirik yang bermakna ganda. Saat aku protes mesti jawabannya "Ahh semua itu tergantung niatnya kan akh..", padahal aku sangat menyayangkan ada beberapa orang yang terjebak dengan kata-kata bermakna ganda tersebut menjadi makna yang bisa berbahaya.
Namun Alamdulillah sampai saat ini Allah masih memberikan kesempatan kepadaku untuk bisa terbebas dari dunia pacaran dsb, Semoga tetep istiqomah. dann mungkin inilah beberapa alasanku mengapa aku memilih untuk tidak pacaran.
Alasan pertama dan yang utama, adalah raasia sih sebenere. Tapi gak apa-apalah, karena semoga tidak ada yang tau identitas saya (heehe). Hal yang membuat aku terindar dari pacaran adalah hal yang sebenernya dulu aku benci sebenernya, Aku tidak PD dengan penampilanku, aku cenderung asal-asalan, sehingga aku tak habis pikir untuk pacaran. Paling-paling kalau aku pengen pacaran juga gak bakalan ada yang mau denganku. Ditambah aku berasal dari keluarga pas-pasan, nanti kalau aku pacaran dan pacarku ngajak makan-makan terus aku gak punya uang gimana ya.... Yah hal yang konyol, namun Alhamdulillah malah itu yang menyelamatkanku.
Setelah itu aku mencoba mencari pembenaran mengenai hal yang kulakukan. Kebetulan yah aku sithik-sitik mudhenga agama lah. Akhirnya aku punya kata-kata yang lumayan bagus untuk membela diri, "Laa Taqrobu Zina". Dulu kata itu aku pahami hanya untuk zina dalam ukuran besar saja, namun dari kakak-kakakku menjelaskan bahwasanya zina itu ada bermacam-macam bukan hanya yang itu saja, melainkan ada juga zina mata, dan ada beberapa lagi sebenere tapi aku lali. Nah, saat orang berpacaran itu akan memupuk semua jalan untuk berzina. Meskipun masih jauh dari zina yang farj, namun biasanya akan mulai menghalalkan cabang-cabang zina kecil-kecil yang lain. Mungkin awalnya mereka punya batasan yang jelas mengenai SOP pacarannya, namun biasanya setan secara pelan-pelan menggerogoti iman, sehingga pelakunya tidak akan merasa.
Dan saat aku di kosan, aku mendengar cerita oang yang sealiran dengaku, cuman bedanya jaringannya dengan akhwat-akhwat lebih kuat. Dulu dia berkenalan dengan seorang perempuan dimana.. gitu aku lupa pokoknya. Terus saat ngobrol pertama dipancing-oancing pembicaraanya akhirnya muncul pertanyaan, "Dik kowe wes nduwe pacar?" dan ternyata jawabannya sudah. Dan akhirnya pembicaraanpun dilanjutkan sampai cerita-ceritanya bahwa perempuan tersebut seembunyi-sembunyi dari orang tuanya saat pacaran, dan hal-hal yang dilakukannya dengan pacarnya. Dan ternyata pada klimaksnya apa yang dikatakan temenku tadi..... Putuskan saja pacarmu itu (namun bukan diteruskan dengan mendhing karo aku wae) Opo kurang kasih sayang dari orang tuamu itu. Mereka yang membesarkanmu dari kecil, masa kamu tega membohonginya hanya demi pacarmu sing halah lagi kapan kowe kenal (dan bla bla bla bla panjang lebar tinggi) Akirnya saat ketemu lagi dia bercerita bahwa diaa sudah memtuskan pacarnya. Jadi intinya point kedua ini masih ada kasih sayang orang tua yang jauh lebih besar tercurahkan kepada kita , apakah itua akan dikalahkan dengan kasih sayang pacar sing mblegedes.
Dan dulu aku juga sempet denger temenku juga habis baca buku gitu rodok kemaki jane aku yo ra seneng pas krungu. Dalam difup itu ada dua pilihan yang pertama menikai orang yang kita cintai yang kedua mencintai orang yang kita nikahi. kalau yang pertama itu hanya kemungkinan, sedangkan yang kedua itu adalah kewajiban. Dulu saat ada temenku yang bikin status dan aku komeni "Halah mesthi kowe bar digombali cowok terus klepegklepeg" malah ngajak chating, katanya dia pengen mencari calon pasangan hidupnya untuk menikah, Saat ini dicari sifat-sifat dari orang yang dia suka untuk selanjutnya biar bisa dipahami. Inti pembicaraan kita seperti itu. Cuman aku gak enak arep ngomong langsung soale mesthi lagi drop bar kegombalan, akhire yo gur tak batin tok "Emange kowe wes yakin kuwi jodhomu". Kenapa orang-orang zaman sekarang itu mala suka menyibukkan diri dengan hal-hal yang belum pasti. Padahal ada kewajiban yang menanti. Kalau menurutku gak pentinglah memikirkan siapa calon kita, namun yang lebih penting adalah memikirkan bagaimana cara kita menerima kekurangan pasangan kita kelak.
O iya ini kata-kata yang sering diplesetkan menjadi tidak baik, Katanya "Karena cinta itu memang fitrah manusia","Cinta itu bla bla bla". biasanya dikemas dalam bahasa yang seislami mungkin sehingga sering sekali itu menjebak temen-temen muslimku. Orang-orang yang lumayan pinter agamapun terkadang juga bisa terjebak oleh kata-kata semacam itu. Memang untuk semua orang normal akan merasakan yang namanya cinta, sama halnya dengan buah mangga itu akan terasa nikmat kalau dimakan saat suda masak, begitu pula dengan cinta akan terasa indah jika sudah saatnya. Dan saat ini yang harus kita lakukan adalah menjaga cinta ini untuk kelak dinikmati pada saatnya.
Jujur saya sendiri juga sering ada ketertarikan dengan lawan jenis, saya tidak tahu yang saya lakukan itu benar atau tidak. Mohon koreksi kalau salah. Saya biasanya kalau sedang tertarik kepada seorang wanita bisany saya tidak tahu tiba-tiba aku mendapatkan informasi mengenai dirinya (sebenere juga mencari, namun karena cinta jadi gak terasa). Dari situ aku akan menemukan mengapa aku mencintainya, lalu aku pilih hal-hal yang kau rasa baik. Dan dari situ akhirnya aku belajar bagaimana agar aku bisa menjadi seperti "Dia" Karena Alla telah menjanjikan bahwa orang yang baik akan mendapatkan orang yang baik pula dan orang yang.... (aku gak apal isinie). Pokoknya kalau aku mencerna kata-kata tersebut, pasangan yang pantas untukmu ya orang yang sepertimu pula. Sehingga aku gunakan itu untuk memotivasi diri agar bisa menjadi orang yang mempunya sifat-sifat seperti yang aku inginkan. Kalau toh dia tidak menjadi pasanganku yang penting aku mendapatkan orang yang aku harapkan. Dan kalau perasaan itu masih bisa menjadi motiwasi yah sesekali aku akan menemuinya untuk belajar lebih dalam lagi mengenai kelebihannya, kalau nafsu mulai menguasai diriku aku pili menjauhinya saja. Mohon koreksinya.
Dan saat aku melamunkan pasca pernikahan, terbayang olehku, gimana ya jika tiba-tiba pasanganku berkata kepadaku,"Mas, sebenernya dulu aku pernah di .....kan oleh pacarku kie mas", Atau bahkan yang mungkin yang lebih, "Mas pacarku dulu lebih romantis dari kamu". Atau apa saja lah yang intinya dulu suda pernah melakukan ubungan-hubungan yang lebih dangan pacarnya. Aku bayangkan betapa hancur hatiku mendengar cerita engakau bersamanya saat itu pastu ku harus mencoba tuk tabah menghadapinya. Coba bayangkan akan seperti apakah diri kita nanti mendengar cerita itu. padahal tidak mungkin kan ketika kita mau nika lalu bertanya "Apakah kamu pernah pacaran? Apakah kamu sering bersentuhan dengan pacarmu? Apakah kamu pernah mencium orang lain?" Tidak mungkin kan kata-kata itu ditanyakan. Hal yang menurutku terbaik untuk dilakukan adalah daru tafsiran ayat di alinea sebelum ini, semoga juga berlaku. Aku tak tau enta nanti seperti apa pasanganku, yang jelas suda ditentukan Allah. Namun aku berharap aku bisa menjadi yang pertama untuknya, belum ada orang lain sebelumku. Maka akupun juga berupaya menjaga diri dan mempersembakan yang terbaik untuk calon pasanganku dengan begitu aku berarap mendapatkan yang serupa darinya. Dan mengenai hasilnya bagaimana.... Allah yang berhak menentukannya.
0 comments:
Post a Comment