Hari ini...
Hari yang kau tunggu
Bertambah satu tahun
Usiamu
Bahagialah kamu
Yang kuberi
Bukan jam dinding
Bukan Seikat bunga
Atau puisi
Juga kalung hati
ya lirik lagu tersebut selalu terngiang di telingaku saat aku masih dibangku SMP dulu.
Iya benar semua itu sungguh tak terasa, tiba-tiba aku sudah genap lima tahun aku meninggalkan SMAku. Tak terasa aku sudah melewatkan usia belasan tahunku. Kini kepalaku sidah bertambah satu, sudah genap dua kepalaku kini.
Ketika aku melihat kedepan, aku masih belum tahu kemana tujuanku. Semua terlihat hampa, berjalan tanpa tujuan. Ketika aku melihat masa laluku, perlahan kesuksesan itu mulai menjauh darku. Dan ketika aku melihat keadaanku sekarang, yang terliha hanyalah kehidupan yang acak-acakan, tak berarah dan tak punya tujuan. Asal mengalirr begitu saja.
Tepat setahun yang lalu, aku mencoba menanamkan komitmen dalam diriku untuk lahir sebagai orang yang baru. Untuk menghadirkan perubahan yang besar dalam diriku. Untuk menata kembali kehidupanku. Namun ternyata sampai sekaragpun belum terlaksana. Karena aku adalah tipe orang yang suka menunda-nunda pekerjaan. Besok, nanti, bentar lagi, selalu ituuuu saja uang keluar dariku. Shingga besok+nanti+bentar lagi+ kalau sudah... = Satu tahun yang sia-sia. Itu salah satu evaluasi untukku.
Dan sekarang sudah tak jarang algi aku dengar "Pak selamt bergabung di kelompok 20+". Yah kata-kata itu seriiing banget aku denger dari temen temenku. yang memacu diriku untuk terus berusaha lebih dan lebih. yah tentunya untuk lebih baik lagi.
ya 20 tahun sudah usiaku, masa kanak-kanak sudah menjauh, bahkan sudah sangat jauh dariku. So... Aku harus bisa mengatur waktuku. Aku harus punya planning kedepan, untuk waktuku dan semua yang berhubungan denganku. Aku harus bisa mempertanggungjawabkan pilihanku. Memag sekarang pilihan jauh lebih banyak karena tak ada lagi orang tuaku yang dulu aku rasa membatasi diriku dalam memilih. Namun ternyata dibalik pilihan itu juga begitu banyak yang harus kita pertanggungjawabkan. Dan ketika diberi tugas aku harus amanah. Jangan pernah kau rusak citra yang sudah ada sekarng ya nak.
Semua ini mengingatkanku akan akan cerita kakak beradik dalam bukuku yang sebenernya kau beli dengan penuh perjuangan, karena aku beli dengan semua uang pasti yang aku miliki. Jadi semu auang yang sudah pasti ada ditanganku aku pakai untuk beli buku itu, 2 buku yang satu berjudul "Kamu Bukan Bintang" yang ada cerita ini dan yang satu " bersyukurlah dan bersebarlah". Yang akhirnya juga aku telantarkan. Kembali ke cerita kaka beradik yang menjelaskan apa makna umur yang sesungguhnya. jadi makna usia yang sesungguhnya, bukan dengan parameter berapa lama kita hidup di dunia, tapi dengan parameter manfaat apa yang sudah kita berikan untuk orang lain. Kettika aku melihat umurku dengan kacamata itu, ternyta masih sangat pendek sekali umurku saat ini. Meskipun jika dihitung aku aku berada di dunia ini sudah selama 20 tahun, namun aku tak tahu seberapa manfaat yang sudah aku berikan untuk diriku, keluargaku, teman-temanku dan orang lain. Rasanya masih sangat sedikit sekali.
Yah itu mungkin akan kulanjutkan dievaluasi akhir usia 19 tahunku. karena rasanya sekarng sudah mulai buntu pikiranku.
ya lirik lagu tersebut selalu terngiang di telingaku saat aku masih dibangku SMP dulu.
Iya benar semua itu sungguh tak terasa, tiba-tiba aku sudah genap lima tahun aku meninggalkan SMAku. Tak terasa aku sudah melewatkan usia belasan tahunku. Kini kepalaku sidah bertambah satu, sudah genap dua kepalaku kini.
Ketika aku melihat kedepan, aku masih belum tahu kemana tujuanku. Semua terlihat hampa, berjalan tanpa tujuan. Ketika aku melihat masa laluku, perlahan kesuksesan itu mulai menjauh darku. Dan ketika aku melihat keadaanku sekarang, yang terliha hanyalah kehidupan yang acak-acakan, tak berarah dan tak punya tujuan. Asal mengalirr begitu saja.
Tepat setahun yang lalu, aku mencoba menanamkan komitmen dalam diriku untuk lahir sebagai orang yang baru. Untuk menghadirkan perubahan yang besar dalam diriku. Untuk menata kembali kehidupanku. Namun ternyata sampai sekaragpun belum terlaksana. Karena aku adalah tipe orang yang suka menunda-nunda pekerjaan. Besok, nanti, bentar lagi, selalu ituuuu saja uang keluar dariku. Shingga besok+nanti+bentar lagi+ kalau sudah... = Satu tahun yang sia-sia. Itu salah satu evaluasi untukku.
Dan sekarang sudah tak jarang algi aku dengar "Pak selamt bergabung di kelompok 20+". Yah kata-kata itu seriiing banget aku denger dari temen temenku. yang memacu diriku untuk terus berusaha lebih dan lebih. yah tentunya untuk lebih baik lagi.
ya 20 tahun sudah usiaku, masa kanak-kanak sudah menjauh, bahkan sudah sangat jauh dariku. So... Aku harus bisa mengatur waktuku. Aku harus punya planning kedepan, untuk waktuku dan semua yang berhubungan denganku. Aku harus bisa mempertanggungjawabkan pilihanku. Memag sekarang pilihan jauh lebih banyak karena tak ada lagi orang tuaku yang dulu aku rasa membatasi diriku dalam memilih. Namun ternyata dibalik pilihan itu juga begitu banyak yang harus kita pertanggungjawabkan. Dan ketika diberi tugas aku harus amanah. Jangan pernah kau rusak citra yang sudah ada sekarng ya nak.
Semua ini mengingatkanku akan akan cerita kakak beradik dalam bukuku yang sebenernya kau beli dengan penuh perjuangan, karena aku beli dengan semua uang pasti yang aku miliki. Jadi semu auang yang sudah pasti ada ditanganku aku pakai untuk beli buku itu, 2 buku yang satu berjudul "Kamu Bukan Bintang" yang ada cerita ini dan yang satu " bersyukurlah dan bersebarlah". Yang akhirnya juga aku telantarkan. Kembali ke cerita kaka beradik yang menjelaskan apa makna umur yang sesungguhnya. jadi makna usia yang sesungguhnya, bukan dengan parameter berapa lama kita hidup di dunia, tapi dengan parameter manfaat apa yang sudah kita berikan untuk orang lain. Kettika aku melihat umurku dengan kacamata itu, ternyta masih sangat pendek sekali umurku saat ini. Meskipun jika dihitung aku aku berada di dunia ini sudah selama 20 tahun, namun aku tak tahu seberapa manfaat yang sudah aku berikan untuk diriku, keluargaku, teman-temanku dan orang lain. Rasanya masih sangat sedikit sekali.
Yah itu mungkin akan kulanjutkan dievaluasi akhir usia 19 tahunku. karena rasanya sekarng sudah mulai buntu pikiranku.
0 comments:
Post a Comment