Sebenere selama di bangku kuliah sudah berkali-kali mengikuti acara upgrading dalam organisasi-organisasi yang pernah aku ikuti. Namun hanya seperti biasa semua itu kuanggap sebagai formalitas belaka. Aku tak pernah memikirkan apa materinya, yang penting seneng-seneng saja, karena aku pikir semua itu bakalan gampang pada waktunya.
Dan sekarang aku bingung. Kalau dalam struktur organisasi, mungkin sudah jelas landasan hak dan kewajiban serta koordinasinya, semua sudah jelas di AD ART dan GBHO. Tetapi dalam kepanitiaan aku tak tahu, apa hak dan kewajibanku. Apakah aku berhak untuk memutuskan hal ini hal itu. Dan bagaimana sistematika menentukan keputusan, semuanya serba nggak jelas. Belum lagi mengenai garis koordinasi. Semuanya serba membingungkan tuk dipikirkan.
Biasanya semua itu dijalankan atas dasar perkiraan (setahu saya) tak pernah ada panduan yang jelas mengenai semua itu. Dan permasalahannya sama-sama kata ketupat bisa saja melahirkan hal yang berbeda dalam benak orang yang berbeda. Sehingga menghasilkan perkiraan yang berbeda.
Dan inilah pendapatku mengenai kepanitiaan.
Ketika aku bingung dalam organisasi ataupun kepanitiaan, aku selalu menganalogikannya dengan tubuh manusia. Karena aku rasa dalam tubuh manusia itu sudah terorganisir dengan sempurna. Dan berikut analogiku.
Dalam tubuh manusia semua kegiatan dikoordinir oleh otak dalam kepala. Artinya segala sesuatu aktivitas organ tubuh manusia diperintahkan oleh otak. Dari sini aku maknai bahwa dalam organisasi itu harus ada koordinator utamanya yaitu ketua. Dan bagian-bagian tubuh yang lain itu bertanggung jawab melaporkan apapun yang terjadi padanya. Misalkan kaki menginjak duri, maka dia akan melaporkannya pada otak. Begitu pula dgn setiap sie bertanggung jawab melaporkan apapun yang terjadi kepada ketupat.
Ketika kaki kita kelelahan saat mendaki gunung, namun otak masih menginginkan untuk tetap berjalan, maka kakipun wajib menaatinya. Artinya dalam setiap penentuan gerak(kebijakan) semuanya berpusat pada ketupat. Masing masing sie berkewajiban melaporkan keadaan serta menyampaikan pertimbangannya, tapi pengambilan keputusan akhir tetap menjadi hak dari ketupat. Sehingga menurutku tidak salah ketupat menentukan kebijakan B padahal semua panitia yang lain memilih A.
Dalam tubuh ada dua jenis gerak, gerak biasa dan gerak reflek. Jadi disamping alur penentuan keputusan seperti sebelumnya, disaat mendesak, sie juga
bisa menentukan keputusan sendiri. Namun setelah itu wajib melaporkan hasilnya kepada ketupat.
Dan yg masi bingung lagi saya, mengenai posisi SC. Kira2 bagian apakah SC itu? Menurutku SC itu adalah teman dekat. Jadi sc itu sudah diluar bagian tubuh kita tadi. Tetapi dia masih peduli dgn kita. Sehingga sc geraknya hanya sebatas memantau keberlangsungan panitia dan memberikan masukan pada ketupat, bahkan memarahinya. Dan SC juga menjadi tempat sharing ketupat dalam penentuan kebijakan.
Namun semua itu bukanlah yg paling benar. Aku tak punya pedoman. Kalau ada pendapat yg lebih baik nggeh tafadol
0 comments:
Post a Comment