Air mengalir sampai jauh, kata itu mungkin sudah melekat erat di telinga temen-temen. Namun dimana ya saya mendengar semua itu??? Itu adalah slogan dari iklan salah satu merek pipa. Namun bukan berarti aku ingin promosi pipa tersebut lho.
Yak langsung saja, ketika aku berfikir tenteang kehidupanku, masa laluku dan seluruh kehidupanku, lalu aku coba pikirkan sejenak, dan ternyata aku dapatkan filosofi air mengalir itulah yang paling cocok denganku. Dari sifat-sifatku, dari caraku menanggapi masalah, pokoke semua reaksiku terhadap semua yang terjadi pada diriku, kata itulah yang paling cocok.
Mungkin sebagian orang menganggapa kalau hidup seperti air mengalir itu sudah baik, dan akupun juga berfikir demikian dulu. Rasanya mengalir mengikuti semua arus yang ada disekitar, menerima apa yang kita dapatkan dan jika kita tidak mendapatkan harapan kita itu berarti bukan takdir kita untuk mendapatkannya. Benar-benar kehidupan yang penuh qonaah alias menerima.
Pada awalnya aku sudah merasa tenang dengan keadaanku itu, keadaan yang menurutku sudah nyaman dngan mengalirrrr saja mengikuti arus perubahan. Namun ketika aku mulai memijakkan kakiku didunia kampus, semua mulai terasa berbeda. Ketika aku mulai terpisah dengan orang tua, ketika tak ada lagi yang membatasi pergaulanku, ketika semua pilihan ada di tanganku. Kini semua bener-bener terasa.
Dilihat dari sisi manapun semua terlihat memburuk. Dilihat dari segi nilai, kalau dulu mulai SD sampai SMA diriku masih bisa berprestasi terus, mulai dari SD, aku tak pernah melepas gelar tiga besar di kelas, dan aku terlepas dari gelar juara satu hanya tiga kali selama di SD (wah sombong banget ya, afwan). Dan waktu SMP aku sempat mendapatkan juara satu di kelas, juara dua juga pernah, dan semasa SMP aku juga tak pernah lepas dari gelar sepuluh besar kelas. Namun diwaktu SMA sudah mulait eras berbeda, aku tak pernah lagi mendapat gelar sepuluh besar atau peringkat pertama atau apalah, karena semenjak SMA mulai tidak ada lagi sistem ranking. Jadi tidak ditampilkan siapa yang terbaik nilainya, boro-boro yang terbai, jumlah nilainya saja tidak dberikan. Namun disana aku masih masuk rata-rata atas di kelas. seburuk-buruknya nilai di SMAku dulu rasanya aku masih masuk di rata-rata atas, kadang aku sendiri juga kagum, karena aku semalam tidak belajar, dan pas pelajaran tak jarang aku tidur, namun waktu ujian kok bisa ya. Bahkan kadang aku juga jelasin pelajaran ke temen-temen sendiri di kelas, saat guruku belum datang, dan terlihat atensi temen-temen seperti mendengarkan pelajaran dari gurunya, bahkan terasa lebih.
Namun semua terasa berbeda ketika aku memijakkan kakiku di dunia kampus. Ketika harapan dan cita-cita dipertarungkan dengan kesenangan, ternyata kesenangan jauh lebih kuat dari cita-cita. Game, internet, komputer, selama ini telah membiusku, melupakanku pada tujuanku di sini. Kalau dari SD sampai SMA aku adalah orang yang selalu berprestasi, kini aku tak lebih dari sekedar sampah pendidikan, wong sing ngebak-ngbaki kuota tok. Aku hanya bisa mematahkan harapan satu orang pendaftar di universitas ini. Orang seperti apakah diriku??? Kalau temen-temen ketika habis ujian selalu melihat pengumuman remidi, maka aku orang yang tak pernah melihat papan itu, namun bikan berarti aku selalu bebas remidi, namun sebaliknya, kalau aku lihat papan itu pasti akan terpampang namaku di setiap mata kuliah.
Kalau dulu sungai hanya mengalir ke satu tujuan, mengalir menuju tujuan yang benar saja, karena jalur-jalur menuju ke tujuan-tujuan lain, jalur-jalur menuju jalan kegelapan sudah ditutup oleh bapak ibuku. Kini tak ada lagi yang membendung aliran sungai, dan terlihat begitu banyak percabangan, ketika benar memilih maka kesuksesan menanti. Namun ketika kebetulan arus yang membawaku ke jalan yang lain, maka sudah dapat dipastikan bakalan suram masa depan kita.
Dan kini baru aku sadari kalau tak selamanya mengikuti arus itu selalu baik. Kalau kita kebetulan berada dalam arus yang baik maka baiklah kita. Namun tak semua arus membaw akita pada kebaikan, apa lagi seiring dengan globalisasi zaman ini, semakin kuat arus-arus baru yang membawa menuju jalan yang tdak genah kemana tujuannya dan kemana arahnya, mendekatkan atau menjauhkan tujuan kita.
Namun aku juga belum tahu sejauh apa aku meninggalkan jalan kebenaran, sejauh apa aku meninggalkan jalan menuju tujuanku, masih bisakah aku kembali??? masih bisakah aku menggapai mimpi-mimpiku yang indah kulukiskan dulu???
Hidup ini seperti orang yang sedang bermain arung jeram dari hulu sungai ke hilir. Kita harus mengikuti aliran sungai untuk mencapai tujuan kita. Namun terkadang kita harus melawan arus untuk memilih jalan yang paling tepat, kadang kita harus memilih jalur yang paling tepat untuk menggapai tujuan. Jangan sampai jalur yang kita ambil ternyata melewati air terjun. Pilih jalur yang paling sesuai dengan diri kita untuk kita lewati. Dan yan gpaling penting, pilih jalur yang membawa kita menuju tujuan kita.
0 comments:
Post a Comment