Thursday 2 April 2009

Orang seperti apakah diriku???


Saat aku berada di sekre BEM Fakultasku, kebetulan sedang sepi, tinggal aku dan seorang lagi. Kemudian kita sedikit berdiskusi tentang Ke-BEM-an lah pokoknya.

Karena aku ini juga memang orang yang aneh, ikut BEM tapi sebenernya orang yang cukup benci dengan yang namanya politik, aku juga salah satu orang yang gak seneng dengan yang namanya AKSI. Lalu dia bertanya padaku, Kenapa kamu kok kayaknya gak seneng dengan AKSI???
Langsung saja aku jawab dengan alasanku yang sebenernya saja. Karena aku juga memang sedang mencari jawaban kegelisahan hati ini tentang itu, siapa tahu nanti bisa dapat jawaban yang bisa membantuku.

Dulu aku ini salah satu orang yang sanagat bersemangat ikut aksi, namun tibalah suatu saat ketika aku mendengar sesedang mengikuti aksi. Meski aku dilarang banyak orang disekitarku, dosenku, bahkan orang tuaku juga melarangku, namun aku juga masih tetep tidak perduli pokoknya ku ikut aksi.

Hingga tibalah pasa suatu hari, saat aku turut dalam aksi yang kelasnya sudah bisa dikatakan besar, aku mendengar ada kata-kata yang tidak seharusnya dikatakan oleh orang yang berpendidikan keluar di sana. Lalu aku termenung sejenak, masa seperti inikah mahasiswa???

Terus ada juga kegelisahanku mengenai Indonesia. Indonesia itu tak ubahnya organisasi kita sendiri seperti BEM mungkin, namun lingkupnya jauh lebih besar. Dan ketika berkata masalah organisasi aku sering menganalogikan dengan organ kita. Coba bayangkan bagaimana jika karena kaki itu selalu ditaruh dibawah terus marah dan ngambek terus menendangi kepala disuruh menggantikan posisinya. Bayangkan bagimana orang tersebut, itu baru hanya kaki yang protes. Jika yang lainnya juga protes coba bayangkan, tangan memukuli kepala, kaki menendang Perut dan jari tak mau diperintah tanga, bagaimana hasilnya. Itu mungkin juga terjadi di Indonesia.

Permasalahan Indonesia saat ini adalah masalah kepercayaan, padahal ketika kita aksi akan mendukung rasa ketidakpercayaan masyarakat terhadap pemerintahan, jika itu terjadi, jika antar komponen organisasi tidak salng percaya, maka tingggal menunggu waktu keruntuhan organisasi tersebut. Atau kalau di sini Indonesia.
Yah seperti itulah semua penjelasanku hanya bertolak pada logika.
Namun ternyata dia juga tidak sepakat dengan yang namanya aksi. Namun yang membedakan dan membuat aku terkejut adalah alasannya. Kalau aku tadi hanya bertolak pada logika, sedangkan alasannya adalah, Karena dalam Al Qur'an dan sunnah tidak disebutkan masalah aksi, dan pada zaman rosulullah dulu juga tidak ada yang namanya aksi. Dan aku rasa cara untuk mengingatkan pemimpin itu bukan seperti itu. Tidak dengan aksi.

Aku sebenernya sangat terkejut padahal dia setahun lebih muda dariku dan masuk kampus juga seangkatan di bawahku, namun perkataannya begitu mantapnya. Dalam hati aku malu mendengarnya. Selama ini aku begtu mendewakan logikaku untuk menyelesaikan semua permasalahanku. Selama ini aku telah melupakan Al-Qur'an dan Sunnah yang seharusnya menjadi pegangan utamaku sebagai muslim.

Ternyata dan setelah aku mengenalnya memang jauh berbeda antara aku dan diya yang paling mencolok adalah kalau aku biasanya menghabiskan waktu luangku untuk ngegame sedangkan dia lebih banyak menghabiskan waktu luangnya untuk membaca.
Yah mungkin ini pengingat untukku untuk rajin membaca.

0 comments:

Post a Comment